Bunsu, Sebatang Kara di Rumah Tak Layak Huni
Hidup itu Cobaan ada yang Allah berikan kaya ada juga kurang berkecukupan Si Bunsu adalah sosok yang kurang beruntung itu, tinggal di gampong Ulee Nyeue sebatang kara, Bunsu sehari hari bekerja sebagai buruh cuci belum lama ini ditinggal pergi oleh ibu dan manciknya yang selama ini tinggal di rumahnya.
Sewaktu saya bertandang dirumahnya, rumah yang berlantaikan tanah dalam keadaan kosong dan ditanah kosong pinjam pakai dari seorang warga, kata tetangganya sejak Bunsu ditinggal meninggal oleh Ibunya yang sudah renta selama ini dirawatnya, Bunsu sudah jarang pulang. Dia sering numpang menginap ditempat di mana ia bantu sebagai buruh cucian, saya beruntung ketika saya mendatangi rumah dimaksud ternyata benar Bunsu sedang bantu cucikan piring disebuah rumah warga di Ulee Nyeue Banda Baro Aceh Utara.
Bunsu pernah ceritakan masalahnya ini ke saya beberapa waktu lampau tentang rumah bantuan Dhuafa, katanya pernah beberapa kali rumahnya di photo untuk mengurus rumah bantuan dhuafa, anehnya orang lain mendapatkan rumah dianya tidak alias nihil hingga kini. Padahal Bunsu telah membelikan sebidang tanah pada seorang dermawan setempat dengan murah sekali. Bunsu membeli tanah itu dari hasil tabunggannya selama ini dari mencuci pakaian serta membantu dibeberapa rumah warga Gampong, untuk dapat membeli tanah ini Bunsu bahkan membutuhkan waktu hampir 20 Tahun lamanya itupun musti merelakan sepetak sawah satu satunya warisan kecil dari almarhum orang tuanya, namun rumah dhuafa yang diharapkan itu tetap belum berdiri kokoh di tanahnya malah sebaliknya berdiri di tempat lain yang menurutnya jauh lebih mampuni baik dari pendidikan dan juga kepemilikan properti lainnya.
Melalui saya Bunsu berpesan semoga ada makhluk Allah yang muslim dimuka bumi ini masih melihat saya sebagai saudara dekatnya sehingga ia tidak perlu mendatangi mereka yang berhati mulia untuk mencubitnya supaya merasakan sakit sepertinya. "Bukankah Muslim itu bersaudara, bukankah apabila satu muslim yang menderita muslim lainnya juga merasakan sama". BUNSU. Wallahu'alam.
Deddi Iswanto Ibrahim
Penyuka Budaya & Isu Sosial Kemasyarakatan